SEJARAH FILSAFAT PADA MASA ROMAWI
MAKALAH
Dibuat untuk
memenuhi tugas Filsafat
Dosen Pengampu :
Oleh
M. ZAINAL ABIDIN
15800003
PROGRAM MAGISTER EKONOMI SYARIAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA
MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wr.wb.
Alhamdulillah,
tiada kata yang pantas dan patutu penulis ungkapkan selain rasa syukur
kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih sayang Nya yang
tiada batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
mengambil judul “ Sejarah Filsafat Pada Masa Romawi”.
Shalawat
serta salam semoga senantiasa tetap tercurah dan terlimpah kepada baginda
Nabiullah Sayyidina
Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita semua, pemimpin dan pembimbing abadi
umat. Karena melalui Beliaulah kita menemukan jalan yang diberkahi yaitu jalan
Dinul Islam.
Dalam
penulisan makalah ini penulis mencoba memaparkan Sejarah Filsafat Pada Masa Romawi.
Penulis
menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini, penulis memperoleh bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang dengan
ikhlas memeberikan dorongan baik moril, materil dan spiritual.
2. Bapak DR.Ahmad
Sani, M.SI , sebagai dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
3. Semua pihak yang tidak mungkin penulis
sampaikan satu persatu, yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat
bagi penulis demi terselesainya penyusunan makalah ini.
Tiada
ucapan yang dapat penulis sampaikan semoga amal baiknya diterima oleh Allah
SWT. Akhirnya, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca
demi memperbaiki penulisan makalah ini, semoga makalah ini dapat membawa
manfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri.
Malang,
Desember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat memiliki beberapa arti yang telah berkembang
cukup banyak dari pada filosof. Dan ternyata kata filsafat ini telah muncul dan
dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Ini menunjukkan bahwa filsafat memamng sudah
ada dan berkembang pada bangsa tersebut. Menurut catatan para sejarawan, orang
yang pertama kali menggunakan istilah filsafatadalah Phytagoras dari Yunani
(582 – 496 SM). Pada waktu itu arti filsafat belum begitu jelas. Kemudian arti
filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini.
Pasca Aristoteles, Filsafat Yunani mengalami penurunan yang
signifikan. Pengkajian tentang filsafat tidak lagi semarak sebagaimana terjaid
pada masa-masa sebelumnya. Hal ini dikarenakan munculnya ilmu-ilmu spesial yang
berkembang dan berdiri sendiri. Seperti ilmu alam, grametika, filologi,sejarah
kesustraan dan lain sebagainya. Keadaan yang seperti ini menyebabkan ilmu
filsafat tidka lagi menjadi prioritas utama. Disamping itu, dalam fase ini
filsafat juga telah menyimpang dari asas pokoknya, yaitu dari akal ke arah
mistik.
Peraklihan filsafat Yunani menjadi Helenisme-Romawi
disebabkan terutama oleh seorang yang bertama Alexander, murid Aristoteles.
Tindakanya yang imperialis menyatukan seluruh dunia Grik ke dalam kerajaan
macedonia (kerajaan terkuat di Timur Tengah Kuno). Setelah itu ia menaklukkan
bangsa-bangsa di Asia Minor dan mengembangkan kekuasaannya sampai ke India.
Semuanya itu dijadikan beberpaa propinsi kerajaan Macedonia. Bahkan Imperium
Persia, kekaisaran terbesar yang pernah disaksikan dunia, diremukkan lewat tiga
pertempuran.
Keadaan demikian menyebabkan filsafat Yunani bukan lagi
produk murni asli Yunani, tetapi telah terpengaruh pada budaya bangs alain.
Adat istiadat kuno bangsa Babilonia, beserta takhayul kuno mereka menjadi tak
asing lagi bagi pemikiran orang Yunani, demikian pula dualisme Zoroastrian dan
agama-agama india, membaur dengna pemukiran Yunani. pada akhirnya melihat
kawasan yang ditaklukkan semakin luas, akhirnya Alexander memberlakukan
kebijakan yang menganjurkan pembauran secara damai antara bangsa Yunani dengna
bangsa lainnya.
Pada era ini, orang berpaling lagi kepada sistem
metafisika yang bercorak keagamaan. Dengan bersatunya beberapa bangsa yang
dipimpin oleh kerajaan Roma, telah merampas hak-hak bangsa lain yang ingin
merdeka. Hal itu menimbulkan lagi pandangan keagamaan, memupuk hak-hak bangsa
lain yang ingin merdeka. Hal itu menimbulkan lagi pandangan keagamaan, memupuk
hati manusia untuk hidup beragama. Tindakan bala tentara Roma yang keras dan
ganas dapat memperkuat rasa kemanusiaan, dan dipupuk pula oleh berbagai macam
agama lain, yaitu agama Kristen dan Budha. Maka pada saat itu, ajaran filsafat
dan ajaran agama kembali berkontaminasi.
Pengaruh agama dan non Yunani terhadap dunia Hellenistis
pada dasarnya buruk, meski tak sepenuhnya demikian. Hal ini semestinya tak
perlu terjadi. Kaum Yahudi, Persia, dan Budhis semuanya memiliki agama yang
lebih unggul dari pada Yunani. Maka masa Hellen-Romawi adalah suatu fase
filsafat yang tidak hanya didominasi oleh filsafat asli Yunani, akan tetapi
filsafat pada fase ini bisa dikatakan filsafat trans Nasional.
Filsafat Yunani pada masa Hellen-Romawi dalam garis
besarnya dapat dibagi menjadi dua : masa etik dan masa religi.
Dalam hal ini sehingga pemakalah ingin memeparkan
mengenai sejarah filsafat Hellenisme-romawi dan bagaimana perkembangan filsafat
pada masa Romawi.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sejarah filsafat Helenisme-Romawi ?
b.
Bagaimana perkembangan filsafat pada masa Hellenisme-Romawi ?
C.
Tujuan Penulisan
Mengetahui
sejarah filsafat pada masa Romawi mengenai :
-
Mengetahui sejarah filsafat Hellenisme-Romawi
-
Mengetahui perkembangan Filsafat pada Masa Hellenisme - Romawi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Filsafat Hellenisme –Romawi
Hellenisme ini adalah nama untuk kebudayaan, cita-cita
dan cara hidup orang Yunani seperti yang terdapat di Athena dizaman Pericles.
Hellenisme pada abad ke-4 SM diganti oleh kebudayaan Yunani, atau setiap usaha
yang menghidupkan kembali cita-cita Yunani zaman moder. Filsafat Yunani dimulai
pada pemerintahan Alexnder Agung atau Iskandar Zulkarnain Raca Macedonia. Pada
zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat teoritis menjadi
filsafat praktis.
Hellenisme diambil
dari bahasa Yunani konu Hellenizein yang
berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani”. Hellenisme klasik
yaitu: kebudayaan Yunani yang berkembang pada abda ke – 6 dan ke-5 SM.
Hellenisme secara umum: istilah yang menunjukkan kebudayaan yang merupakan
gabungan antara budaya Yunani dan Budaya Asia kecil, Syiria, Metopotamia, dan
mesir yang lebih tua. Lama periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323
SM (masa Alexander agung atau meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM.
Hellenisme ditandai dengna fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan
kebudayaan menjadi hilang. Kebudayaan yang berada yang ada di jaman ini melebur
menjadi satu yang menumpang gagasan agama, politik, dan ilmu pengetahuan.
Ketika kawasan yang dikuasai kian meluas, maka Alexander
memberlakukan kebijakan yang menganjurkan pembaharuan secara damai antara
bangsa Yunani dan bangsa Bar-bar, hal ini dapat mengacu pada beberapa faktor,
diantaranya :
1.
Pasukan Alexsander tidak terlampau besar jumlahnya, tidak mungkin selamnya
mempertahankan kekuasaan yang sangat luas dengan jalan kekerasan, melainkan
dalam waktu panjang, akan tergantung pada kerukunan dengna rakyat yang
ditaklukkan.
2.
Bangsa Timur tidak terbiasa dengna pemerintahan apapun kecuali pemerintahan
oleh seorang dewa-raja, yang oleh Alexander dirasakan tepat untuk dibawakannya
sendiri.
Hellenisme dibagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme
dan fase Hellenisme Romawi. Fase Hellenisme adalah fase yang ketika pemikiran
filsafat hanya dimiliki oleh ornag-orang Yunani. Adapun fase Hellenisme Romawi
adalah fase yang sudah datang sesudah fase hellenisme, dan meliputi semua
pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan romawi, yang ikut serta
membicarakan peninggalan pikiran Yunani, antara lain pemikiran Romawi di barat
dan di timur yang ada di mesir dan di siria. Fase ini dimulai dari akhir abad
ke – 4 sebelum masehi sampai pertengahan abad ke-6 masehi di Bizantium dan
Roma, atau sampai masa penerjemahan di dunia Arab.
B.
Perkembangan Filsafat pada masa Hellenisme - Romawi
Dalam perkembangan masa Hellenisme ini ditandai dengan
perubahan bentuk filsfat dari filsafat teoritis menjadi filsafat praktis dan
membuat filsafat menjadi bagian dari seni hidup. Berbagai aliran yang muncul
pada saat itu yang semuanya bertujuan untuk menentukan cita-cita hidup manusia.
Keinginan memperoleh pengetahuan teori semakin beralih kepada ilmu-ilmu
spesial. Makin mendalam penyelidikan ini dan makin tampak gunanya bagi
penghidupan sehari-hari, akan tetapi orang makin acuh tak acuh terhadap
teori-teori metafisika umum.
Pada masa pemerintahan Alexander menerima orang-orang
Makedonia sebagai panglima pasukannya, bahkan memberikan sebutan “sahabat”
untuk mereka. Karena telah bercampurnya masyarakat sehingga pada masa ini,
terdapat aliran-aliran dalam filsafat yaitu aliran-aliran etis yang menekankan
pada persoalan tentang kebijaksanaan hidup yang peraktis disamping itu juga ada
aliran-aliran yang diwarnai pemikiran keagamaan. Jadi secara garis besar
filsafat sesudah Aristoteles atau pada masa pemerintahan Alexander (masa
helenisme) dapat dibagi menjadi dua, masa Etik dan Masa Religi.
Dalam masa ini filsafat tidak lagi terdapat seorang
pemikir yang sungguh-sungguh besar, kecuali Plotinus. Tetapi pengaruh filsafat
sebagai salah satu unsur pendidikan, pada zaman Hellenisme jauh lebih luas dari
pada dahulu. Sekolah-sekolah filsafat di Athena seperti Akademia dan Lykeion
tepat meneruskan aktivitasnya. Tetapi juga didirikan beberapa sekolah/ajaran
baru. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa yang ditekankan terutama soal-soal etika
: bagaimana manusia harus mengatur tingkah lakunya untuk hidup bahagia.
Aliran yang bersifat Etis diantaranya adalah aliran Stoa,
Epikorus, dan Skeptis. Sedangkan yang termasuk aliran yang diwarnai agama
(Religi) diantaranya Neoplatonisme.
1.
Periode Etik (341 SM)
Periode ini terdiri dari tiga
sekolah filsafat, yaitu Epikuros, Stoa, dan Skeptis. Nama ajaran yang pertama
diambildari kata pembangunan ajaran itu sendiri, yaitu Epikuros. Adapun nama
ajaran yang kedua diambil dari kata “stoa” yang berarti ruang. Sedangkan nama
“Skeptis” diberikan karena mereka kritis terhadap para filosof klasik
sebelumnya. Ajarannya dibangun dari berbagai ajaran lama, kemudia dipilih dan
disatukan. Untuk lebih jelasnya, dari ketiga ajaran tersebut, pemakalah akan
merincikan satu-persatu.
a)
Epikuros (341 SM)
Epikuros dilahirkan di samos pada tahun 341 SM. Pada
tahun 306 ia mulai belajar di Athena dan disitulah Epikuros meninggal pada
tahun 270. Filsafat Epikuros diarahkan pada satu tujuan belaka : memberikan
jaminan kebahagiaan kepada manusia. Epikuros berbeda dengna Aristoteles yang
mengutamakan penyelidikan ilmiah, ia hanya menggunakan pengetahuan yang diperolehnya
dan hasil penyidikan ilmu yang sudah ia kenal, sebagai alat untuk membebaskan
manusia dari ketakutan agama. Yaiturasa takut terhadap dewa-dewa yang ditanam
dalam hati manusia oleh agama Grik lama. Menurut pendapatnya ketakutan kepada
agama itulah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh kesenangan hidup.
Dari sini dapat diketahui bahwa Epikuros adalah penganut paham Atheis.
Epikuros berpendapat bahwa logika harus melahirkan norma
untuk pengetahuan dan kriteria untuk kebenaran. Norma dan kriteria itu
diperoleh dari pemandangan. Semua yang kita pandang itu adalah benar. Baginya
pandangan adalah kriteria yang setinggi-tingginya untuk mencapai kebenaran.
Logikanya tidak menerima kebenaran sebagai hasil pemikiran. Kebenaran hanya
dicapai dengan pemandangan dan pengalaman.
Teori fisika yang diciptakan adalah untuk membebaskan
manusia dari kepercayaan pada dewa-dewa. Ia berpendapat bahwa dunia ini bukan
dijadikan dan dikuasai dewa-dewa, melainkan digerakkan oleh hukum-hukum fisika.
Segala yang terjadi disebabkan oleh sebab-sebab kausal dan mekanis. Tidak perlu
dewa-dewa di ikutsertakan dalam hal peredaran alam ini. Manusia merdeka dan
berkuasa sendiri untuk menentukan nasibnya. Segala fatalisme berdasar kepada
kepercayaan yang keliru. Manusia sesudah mati tidak hidup lagi, dan hidup di
dunia ini terbatas pula lamanya, maka hidup itu adalah barang sementara yang
tidak ternilai harganya. Sebab itu, menurutnya hidup adalah untuk mencari
kesenangan.
Epikuros juga berpendapat bahwa, segala hal terdiri dari
atom yang senantiasa mengakui susunan dunia ini dan tidak ditakut-takuti para
dewa. Supaya hidup bahagia, manusia seharusnya menggunakan kehendak bebas
dengan mencari sedapat mungkin kesenangan. Sebaliknya, apabila manusia terlalu
mendapat kesenangan, ia akan gelisah. Orang bijaksana akan mendapat kebahagiaan
karena mampu membatasi diri, terutama dalam mencari kesenagan rohani.
Epikuros juga tidak sepndapat dengan pada hedonis
pendahulunya dalam membedakan antara kenikmatan aktif dan pasif, atau
kenikmatan dinamis dan statis. Kenikmatan dinamis terdapat dalam tercapainya
tujuan yang diinginkan, keinginan sebelumnya itu disertai penderitaan,
kenikmatan statis terdapat dalam keadaan ekuilibrium, yang tercipta dari adanya
semacam keadaan yang diinginkan jika keadaan itu tidak terjadi. Diantara dua
jenis kenikmatan tersebut, Epikuros berpendapat bahwa lebih bijaksana jika
mengejar jenis yang kedua, sebab lebih murni, dan tidak ada tertanggung pada
adanya penderitaan sebagai perangsang munculnya keinginan.
Menurut Epikuros, kenikmatan sosial yang paling aman
adalah persahabatan. Seperti Betham, Epikuros adalah orang yang beranggapan
bahwa semua manusia, senantiasa, hanya mengejar kenikmatan sendiri, kadang
dengan cara yang bijaksana, kadang secara tidak bijaksana.
Satu-satunya murid Epikuros yang menonjol adalah penyair
Lucretius (99-55 SM), yang hidup sejaman dengan Julius Caesar. Disepanjang
masa-masa akhir Republik Romawi, pemikiran bebas menjadi mode, dan
adajaran-ajaran Epikuros banyak dikenal diantara orang-orang terpelajar.
Zaman Epikuros adala zaman yang lesu, dan pemadaman
gairah bisa tampil sebagai istirahat yang menyenangkan bagi jiwa yang penat.
Akhir pemerintahan Republik, bagi kebanyakan orang Romawi sebaliknya, bukanlah
zaman kekecewaan, manusia-manusia dengan energi luar biasa berupaya menyusun
tatanan bari dari tengah kemelut. Sesudah masa Agustus, terdapat peraturan
bahwa filsafat Epikurus harus ditolak, demi menerima stoisisme. Akan tetapi,
doktrin-doktrin yang amat mirip dengna ajaran Epikuros dihidupkan kembali oelh
kaum Philosophes Prancis pada penghujung abad ke-18, dan dibawa ke inggris oleh
Bethem dan para pengikutnya, hal ini dilakukan dengan sengaja untuk menentang
Kristianitas, yang oleh orang-orang itu dianggap sama kejamnya sebgaimana
anggapan Epikuros terhadap agamapada zamannya.
b)
Stoisisme
Stoisisme merupakan madzhab yang didirikan oleh Zeno dari
Kition,sekitar tahun 300 SM. Nama “Stoa” mengacu pada serambi bertiang empat
tempat Zeno memberikan pelajaran. Menurut stoisisme, jagat raya dari dalam
ditentukan “logos” yang berarti ratio. Dengan demikian, kejadian alam telah
ditentukan dan tidak dapat dielakkan. Jiwa manusia merupakan bagian dari logos
sehingga sanggup mengenal alam raya. Manusia dapat hidup bahagia dan bijak sana
jika mengikuti rasionya sehingga sanggup mengenal alam raya. Manusia dapat
hidup bahagia dan bijaksana jika mengikuti rasionya sehingga menguasai
nafsu-nafsunya dan mengendalikan diri secara sempurna. Mati dan hidup merupakan
kejadian berdasarkan keharusan mutlak.
Dalam konsep stoisisme ini zeno berpendapat bahwa tak ada
sesuatu yang disebut kebetulan,dan bahwa jalannya alam sudah ditetapkan secara
ketat oleh hukum-hukum alam. Zeno berpendapat bahwa Tuhan tidakterpisah dari
dunia, Ia adalah jiwa dunia, dan kita semua memiliki sebagian dari Api Ilahi.
Segala sesuatu adalah bagian dari satu sistem tunggal, yang disebut
alam,kehidupan individu adalah baik jika selaras dengan alam.
Perihal Zeno, hanya beberapa fragmen tulisannya yang
tertinggal. Berdasarkan tulisan itu tampak bahwa ia mendefinisikan Tuhan
sebagai akal dunia yang penuh gelora, bahwa ia mengatakan Tuhan adalah
substansi jasmani, dan bahwa seluruh alam semesta membentuk substansi Tuhan,
Tertullianus menyebutkan bahwa, menurut Zeno, Tuhan mengisi dunia material
sebagaimana madu mengisi sarang lebah. Menurut Diogenes Laertius, Zeno
berpendapat bahwa hukum umum, yang merupakan akal yang benar, yang meligkupi
segala sesuatu,adalah sama dengan Zeus, Pemimpin tertinggi pemerintahan alam
semesta : Tuhan, Akal, Takdir, Zeus adalah satu. Takdir adalah kekuatan yang
menggerakkan materi, penyelenggaraan dan alam adalah istilah lain untuk takdir
itu. Zeno tidak percaya perlu didirikan kuil-kuil untuk para dewa-dewa. Karena
kuil tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang mulia atau suci.
Seperti kaum Stoa yang lebih belakangan, ia agaknya
percaya pada astrologi dan nujuman. Cicereo menyebutkan bahwa ia menunjukkan
bintang-bintang memiliki potensi meramalkan. Diagones Laertius mengatakan :
“Segala jenis ramalan dianggap sah oleh kaum Stoa. Tentulah ada ramalan, kata
mereka, jika ada sesuatu seperti penyelenggaraan Tuhan. Mereka memperlihatkan kebenaran
seni penujuman lewat sejumlah kasus dimana ramalan kemudian terbukti,
sebagaimana anggapan Zeno”. Chrysippus memberikan keterangan cukup jelas dalam
masalah ini.
Doktrin Stoa tentang keuatamaan tidak terdapat dalam
fragmen-fragmen tulisan Zeno yang masih selamat, namun tampaknya ia pernah
menguraikan.
Cleanthes dari Assos, penerus Zeno yang langsung,
terutama dikenal dengan dua hal. Pertama, seperti telah kita simak, ia
menyatakan bahwa Aristarchus dari Samos seharusnya diadili atas kedurhakaannya
karena mengganggap matahari, dan bukan bumi, yang merupakan pusat alam semesta.
Kedua adalah karyanya Hymn to Zeus, yang sebagian besar agaknya ditulis oleh
Paus, atau seorang Kristen tertentu yang terpelajar dalam abad sesudah Newton.
Doa dari Cleanthes lebi bercorak Kristen.
Chrysippus (280-207 SM), yang menggantikan Cleanthes,
adalah seorang pengarang yang sangat produktif, dan konon telah menulis
sebanyak 705 buku. Ia menjadikan Stoasisme lebih sistematis dan terkesan
ilmiah. Tampak bahwa Chysippus memiliki penilaian yang lebih mandiri terhadap
studi-studi teoritis. Pengaruh tokoh inilah yang agaknya melahirkan fakta bahwa
dikalangan kaum Stoa terdapat banyak orang yang menciptakan banyak kemajuan
dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan lainnya.
Stoisisme, sesudah Chrysippus, mengalami perubahan besar
oleh dua tokoh penting, Panaetius dan Posidonius. Panaetius memperkenalkan satu
unsur Platonisme yang penting, serta meninggalkan materialisme. Sedangkan
Posidius adalah seorang Yunani Siria, dan masih kanak-kanak ketika imperium
Seleucid berakhir riwayatnya. Ia menjadi
penulis yang sangat produktif mengenai masalah-masalah ilmiah, bahwa salah satu
alasannya adalah berkeinginan untuk menyelidiki pasang surut air laut, yang
tidak dapat dilakukan di kawasan Mediterranea. Ia menghasilkan karya dalam
bidang astronomi, pemikirannya tentang jarak matahari adalah perkiraan terbaik
pada zaman antik. Ia pun sebagai sejarawan terkemuka, namun ia juga dikenal
dengan filsuf yang elektis, mampu mengkombinasikan Stoisisme dengna banyak
ajaran Plato yang tampak telah dilupakan oleh Akademi pada tahapan skeptisnya.
c)
Skeptisisme
Skeptisesme dikemukakan pertama kali oleh Pyrrho, yang
pernah menjadi serdadu dalam pasukan Aleksander, kemudia ia bermukin dan
melewatkan sisa hidupnya di kota kelahirannya, Elis, ia meninggal pada tahun
275 SM.
Pyrrho mungkin (sebab dengan pintarnya ia tak menulis
satupun buku) telah menambahkan Skeptisisme moral dan logis pada Skeptisisme
yang berkenaan dengan indra. Konon ia pernah mengemukakan bahwa mustahil
terdapat landasan rasional apapun untuk memilih rangkaian tindakan yang satu
dari pada lainnya. Di dalam praktik, ini bisa diartikan bahwa seseorang bisa
saja cocok dengna adat istiadat negeri manapun yang ia tempati. Seorang
pengikut di zaman modern mungkin bisa pergi ke gereja pada hari Minggu dan
berdoa dengan sikap berlutut sebaik-baiknya, tetapi tanpa keyakinan relegius
apapun bisa mengilhami tindakannya.
Skeptisisme adalah pelipur bagi manusia pemalas, sebab
dalam ajaran ini menganggap orangbodoh sama bijaknya dengna cendikiawan yang
benar-benar terpelajar. Skeptisisme bertujuan dan dianggap sebagai penawar
kecemasan. Buat apa memusingkan diri mengenai masa depan ? masa depan sama
sekali tidak pasti. Engkau toh bisa menikmati masa kini. “apa yang terjadi
masih belum pasti”. Karna alasan inilah, Skeptisisme mengalami kesuksesan luar
biasa di tengah masyarkat umumnya.
Skeptisisme pada zaman ini dikemukakan oleh orang-orang yang
tidak sepenuhnya Skpetisisme, seseorang mengungkapkan Fenomena senantiasa
valid. Yang lain berkata bahwa madu adalah manis, saja setuju sepenuhnya.
Seorang penganut Skeptisisme modern fenomena hanya terjadi atau kejadian dan
tidaklah valid. Apa yang valid dan tidak valid pastilah merupakan suatu
pernyataan, dan tak ada pernyataan yang bisa sedemikian erat kaitannya dengan
fenomena sehingga tak mungkin keliru, berdasarkan alasan serupa, bahwa madu
tampaknya manis merupakan suatu yang sangat mungkin tetapi tidak sepenuhnya
pasti.
Dalam beberapa hal, doktrin Timon (termasuk murid penerus
Pyrrho), berpendapat bahwa sesuatu yang belum pernah disaksikan
contohnya“atom-atom” tidak bisa disimpulkan secara valid, namun jika fenomena
sudah sering disaksikan bersama-sama, maka yang satu bisa disimpulkan
berdasarkan hal yang lain.
Pada dasarnya ajaran Skeptisisme lebih tampak sebagai
sikap umum masyarakat luas yang meyakini bahwa kemampuan manusia tidak akan
sampai pada kebenaran yang mutlak. Isi mazhab ini adalah kesangsian.
Elektisisme pun pada dasarnya bukanlah dimaksud sebagai mazhab atau aliran,
sama seperti Skeptisisme. Aliran ini lebih merupakan kecenderungan masyarakat
luas untuk memetik berbagai unsur filsafat dari berbagai aliran dalam
menghadapi berbagai permasalahan, dan tidak sampai pada kesatuan pemikiran.
Tokoh aliran ini yang hidup di Roma adalah Cicero (106-43 SM), seorang ahli
berpidato yang termashur.
2.
Religi
Neoplatonisme dipandang sebagai
puncak terakhir filsafat Yunai. Platonisme sangat mementingkan kesatuan semua
makhluk yagn ada, bersama-sama merupakan keseluruhan yang tersusun sebagai
suatu hirarki. Pada puncak yang satu terdapat “yang satu” (to hen) yaitu Allah.
Setiap taraf dalam hirarki berdasarkan berasal dari taraf lebih tinggi yagn
paling berdekatan denganya. Taraf satu berasal dari taraf lain melalui jalan
pengeluaran atau “emanisasi” dengan istilah tersebut ditunjuk bahwa pengeluaran
itu berlangsung secara mutlak perlu, seperti air sungai mutlak perlu memancar
dari sumbernya.
Neoplatonisme menghidupkan
kembali filsafat Plato, tetapi pengikutnya dipengaruhi filsafat lain yagn lahir
sesudah Plato, misalnya Aristoteles dan Stoa. Tidak mengherankan jika aliran
ini dianggap sebagai sintetis dari semua aliran pemikiran saat itu. Tokohnya
adalah Plitinos (203/4 – 269/70), lahir di Mesir. Setelah berusia 40 tahun,
hidup di Roma. Hasil pemikiran Plitinos dihimpun dan diterbitkan oleh salah
seorang muridnya Porphyrios.
Sistem Filsafat Plotinos adalah
kesatuan yang disebut Allah, artinya, semua berasal dan kebali pada “yang
satu”. Sehingga menimbulkan gerakan pemikiran dari atas ke bawah dan dari bawah
ke atas.
a)
Pada gerakan dari atas kebawah, “yang satu” merupakan puncak hirarki semua
makhluk, suatu taraf berasal dari taraf lain yagn lebih tinggi melalui jalan
emanasi (pengeluaran), yang perlu dan merupakan keharusan. Taraf lebih tinggi
tidak bebas dalam mengeluarkan taraf berikutnya, tetapi tidak berubah,
sedangkan kesempurnaannya tidka berkurang. Prosesnya, dari “yang satu”
dikeluarkan akal budi sesuai dengan gagasan utama fisafat Plato. Plotinos
mengartikan sebagai intelek yang memikirkan dirinya sendiri. Dalam akal budi
ini terdapat dualitas, ialah pemikiran yang memikirkan dan dipikirkan. Akal
budi melahirkan jiwa dunia, dan dari jiwa dunia dikeluarkan materi yang bersama
dengan psykhe merupakan jagat raya. Sebagai
taraf terendah, materi merupakan yagn paling tidka sempurna dan sumber dari
kejahatan.
b)
Pada gerakan dari bawah ke atas, setiap taraf dalam hirarki, bertujuan
kembali pada taraf yang lebih tinggi dan akhirnya menuju Allah. Karena hanya
manusia yang mempunyai taraf itu maka
manusialah yang mampu kembali kepada Allah. Proses kembalinya manusia dilalui
tiga langkah, yaitu penyucian, saat manusia melepaskan dari materi dengan cara
bertapa, penyatuan diri dengna Tuhan yagn mengatasi pengetahuan, dan ekstasi
(ecstasy).
Neoplatonisme merupakan aliran
filsafat Yunani kuno, menjadi aliran intelektual yang tampak dominan yang
tampak bersaing dengan dunia Kristen (teologi kristonologi. Seorang filsuf yagn
sukses mengajarkan Neoplatonisme di Athena adalah Proklos (410-485). Berkat
keberhasilannya, pada tahun 529 M Kaisar Justianus dari Byzantium menutup
seluruh sekolah filsafat kafir di Athena yang dianggap sebagai akhir masa
Filsafat Yunani Kuno. Kafir disini, ditunjukkan kepada aliran-aliran filsafat
yang dilandasi oleh pikiran-pikiran manusia, dan bukan bersumber dari gereja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Sejarah Hilenisme – Romawi
Hellenisme ini adalah nama untuk
kebudayaan, cita-cita dan cara hidup orang Yunani seperti yang terdapat di
Athena dizaman Pericles. Hellenisme pada abad ke-4 SM diganti oleh kebudayaan
Yunani, atau setiap usaha yang menghidupkan kembali cita-cita Yunani zaman
moder. Filsafat Yunani dimulai pada pemerintahan Alexnder Agung atau Iskandar
Zulkarnain Raca Macedonia. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran
filsafat, dari filsafat teoritis menjadi filsafat praktis.
Hellenisme dibagi menjadi dua
fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi. Fase Hellenisme adalah
fase yang ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh ornag-orang Yunani.
Adapun fase Hellenisme Romawi adalah fase yang sudah datang sesudah fase
hellenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan
romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani, antara lain
pemikiran Romawi di barat dan di timur yang ada di mesir dan di siria.
2.
Perkembangan Helenisme-Romawi
Aliran yang bersifat Etis diantaranya adalah
aliran Stoa, Epikorus, dan Skeptis. Sedangkan yang termasuk aliran yang
diwarnai agama (Religi) diantaranya Neoplatonisme.
a)
Etik
1.
Stoisisme
Mazhab Stoa didirikan di
Athena oleh Zeno dari Kition sekitar tahun 300 SM. Nama Stoa menunjukkan
kepada serambi bertiang, tempat zeno memberikan oleh suatu kuasa yang disebut
“logos” rasio. Oleh karenanya semua kejadian dalam alam berlangsung menurut
ketetapan yang tak dielakkan. Jiwa manusia mengambil bagian dalam rasio itu. Berdasarkan
rasionya, manusia sanggup mengenal orde universal dlaam jagat raya. Ia akan
hidup bijaksana dan bahagia, asal ia bertindak menuruti rasionya. Jika memamng
demikia, ia akan menguasai nafsu-nafsunya dan mengendalikan diri secara
sempurna. Seorang yang hidup dengan paham Stoisisme tidak memperdulikan
kematian dan segala malapetaka, karna sudah terjadi secara mutlak. Sudah nyata
kiranya bahwa etika stoisisme ini bersifat kejam dan menuntut watak yang
sungguh kuat.
2.
Epikurisme
Epikuros (341-270)
berasal dari pulau Samos dan mendirikan sekolah filsafat baru di Athena. Ia
menghidupkan kembali Demokritos. Menurut pendapat Epikuros, segala-galanya
terdiri dari atom-atom yang senantiasa bergerak dan secara kebetulan tubrukan
yang satu dengna yang lain. Manusia hidup bahagia jika ia mengakui susunan
dunia ini dan tidak ditakut-takuti oleh dewa-dewa. Dewa-dewa tidak mempengaruhi
dunia. Lagi pula, agar hidup bahagia, manusia mesti menggunakan kehendak bebas
dengna mencari kesenangan sedapat mungkin. Tetapi terlalu banyak kesenangan
akan menggelisahkan batin manusia. Orang bijaksana tahu membatasi diri dan
terutama mencari kesenagan rohani, supaya keadaan batin tetap tenang.
3.
Skeptisisme
Skeptisime tidak merupakan suatu aliran yang jelas,
melainkan suatu tendensi agak umum yang hidup terus sampai akhir masa Yunani
Kuno. Mereka berfikir bahwa dalam bidang teoritis manusia tidak sanggup
mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian. Pelopor Skeptisisme di
Yunani adalah Pyrrho (365-275).
Sedangkan eklektisme juga tidak dimaksud suatu mazhab
atau aliran, melainkan suatu tendensi umum yang memetik berbagai unsur filsafat
dan aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai kesatuan pemikiran yang
sungguh-sungguh. Salah seorang warga Roma yang biasa digolongkan dalam
eklektisme adalah negara dan ahli pidato yang bernama Cicero (106-43). Di
Alexandria hidup seorang pemikir Yahudi bernama Philo (25 SM – 50 M) yang
berusaha memperdamaikan agama Yahudi dengan filsafat Yunani, khususnya plato.
b)
Religi
Neoplatoisme, memiliki Sistem Filsafat Plotinos kesatuan
yang disebut Allah, artinya, semua berasal dan kebali pada “yang satu”.
Sehingga menimbulkan gerakan pemikiran dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas.
1.
Pada gerakan dari atas kebawah, “yang satu” merupakan puncak hirarki semua
makhluk, Taraf lebih tinggi tidak bebas dalam mengeluarkan taraf berikutnya,
tetapi tidak berubah, sedangkan kesempurnaannya tidka berkurang. Akal budi
melahirkan jiwa dunia, dan dari jiwa dunia dikeluarkan materi yang bersama
dengan psykhe merupakan jagat raya. Sebagai
taraf terendah, materi merupakan yagn paling tidka sempurna dan sumber dari
kejahatan.
2.
Pada gerakan dari bawah ke atas, setiap taraf dalam hirarki, bertujuan
kembali pada taraf yang lebih tinggi dan akhirnya menuju Allah. Proses
kembalinya manusia dilalui tiga langkah, yaitu penyucian, saat manusia
melepaskan dari materi dengan cara bertapa, penyatuan diri dengna Tuhan yagn
mengatasi pengetahuan, dan ekstasi (ecstasy).
DAFTAR PUSTAKA